
Jakarta – Kehidupan di Jakarta tumbuh beriringan dengan keberagaman. Ada begitu banyak hal menarik yang hadir dan tercipta di dalamnya. Satu di antaranya kelahiran Batik Marunda, sebuah karya apik dari Utara Jakarta.
Kegiatan membatik dikembangkan oleh Veronica Tan yang sempat menjabat sebagai Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DKI Jakarta. Ada pun pebatik memberdayakan para ibu yang tinggal di Rusunawa Marunda.
“Waktu itu sebagai Dekranasda official, (mencari) apa kegiatan kreatif dan akhirnya memilih belajar membatik supaya Jakarta punya ikon,” kata Veronica Tan di Senayan City, Jakarta, Jumat, 25 Oktober 2019.
Bukan tanpa alasan kegiatan ini dilaksanakan mengingat adanya shock rusun ketika pindah dari bantaran ke Marunda. Rusun kemudian dijadikan tempat untuk mengeksplorasi kemandirian para ibu pebatik agar dapat swadaya dan usaha.
“Saya selalu bilang, yuk ajarin ibu-ibu bukan karena hanya ada sponsor dan CSR tetapi saya mau sustainable program. Visi misinya agar ibu-ibu bisa tampil dengan dan bisa ambil kesempatan ini,” lanjutnya.
Irma G. Sinurat, pembina Batik Marunda menyebut Dekranasda menugaskan untuk membuat pemberdayaan perempuan di rusun dan mencari CSR. Pada batch pertama pelatihan ada sekitar 100 orang yang ikut, namun yang bertahan hanya dua orang.
“Sekarang hanya terdapat 18 orang pebatik di Batik Marunda, hanya 10 persen dari tiga kali pelatihan. Buka lagi di Rusun Rawa Bebek 22 orang. Di Pesakih melatih sulam karena buat sulam saja susah dijual,” ungkap Irma.
Proses pengerjaan Batik Marunda pun tersebar di tiga rusun tersebut. Batuk ini menghadirkan motif yang khas dengan tahapan satu rusun mencanting, pencelupan di Marunda, dan tahap finishing dilakukan di Pesakih.
Di Rusun Marunda sendiri terdapat 30 kepala keluarga dengan 11 ribu orang. Rusun bagian atas sebagai tempat tinggal dan di bawah untuk kegiatan pemberdayaan kegiatan termasuk membatik.
(RedChris)
Be the first to comment