BAKUL BUDAYA PERSEMBAHKAN TANDA CINTA UNTUK PAK BAGONG
Komunitas BAKUL BUDAYA (Bareng-Bareng Kumpul di kampus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia) menggelar pentas tari kolosal bertajuk “Tanda Cinta Untuk Pak Bagong” di Pelataran kampus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI), Depok, Jawa Barat, Sabtu 8 Oktober 2022.
Pentas yang dibawakan adalah tari Yapong, karya maestro Bagong Kussudiardja, yang selama lebih dari satu bulan ini dipelajari setiap pekannya dalam acara Bakul Budaya di FIB-UI. Pementasan ini juga sekaligus “showcase” para penari dari komunitas Bakul Budaya yang dipersembahkan untuk memperingati hari lahir sang maestro , Bagong Kussudiardja, yang ke-94 tahun, yang jatuh pada 9 Oktober 2022.
Bagong Kussudiardja adalah seniman multitalenta yang lahir pada Selasa Kliwon, 9 Oktober 1928. Ia merupakan anak kedua pasangan Raden Bekel Atma Tjondro Sentono dan Siti Aminah. Ayahnya merupakan putra G.P.H. Djuminah (kakak Sri Sultan Hamengkubuwono VIII). Ini berarti darah biru mengalir di dalam tubuh mereka. Meski begitu, mereka harus menjalani kehidupan yang sulit akibat hukuman “kuranthil” (hukuman pengasingan atau kurungan rumah). Hukuman itu dijatuhkan Keraton Yogyakarta kepada G.P.H Djuminah, karena pembelotan yang dilakukan oleh putra mahkota Sri Sultan Hamengkubuwono VII itu.
Meski begitu, Bagong tak putus asa untuk menekuni dunia seni dan memperbaiki taraf hidupnya. Ia mulai berkenalan dengan seni tari Jawa klasik di Sekolah Tari Kredo Bekso Wiromo, yang dipimpin Pangeran Tedjokusumo, seorang seniman tari ternama. Lewat berbagai pengalaman yang Bagong peroleh, pada tahun 1953, ia menciptakan Tari Kuda-Kuda. Keindahan tarian berdurasi singkat itu membuatnya diutus Presiden Soekarno untuk mengikuti Misi Kesenian Indonesia ke Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1954. Sukses menampilkan tari kuda-kuda dan mendapatkan respons positif di Tiongkok, ia pun semakin sering diutus pemerintah ke berbagai acara kesenian yang diselenggarakan berbagai negara, seperti Vietnam, Thailand, Filipina, Cekoslovakia, Jerman, dan Austria.
Selama berkecimpung di dunia tari, Bagong menciptakan banyak tarian, bahkan mencapai 200 tarian, antara lain: Tari Kuda-Kuda, Tari Ganyang Nekolim, Tari Labako, Tari Satria Tangguh, dan Tari Yapong. Adapun khusus Tari Yapong, saat ini tarian tersebut sedang dipelajari oleh komunitas “Bakul Budaya” di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia yang diprakarsai oleh ILUNI-FIB UI.
Tari Yapong adalah sebuah pertunjukan seni drama tari yang dipentaskan pada acara peringatan hari ulang tahun Jakarta ke-450 di tahun 1977. Menurut Ensiklopedia Jakarta, saat itu Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta meminta kesediaan Bagong untuk membuat sebuah pagelaran tari yang mengangkat tema perjuangan Pangeran Jayakarta. Sebelum membuat tarian tersebut, Bagong sempat melakukan observasi. Selama beberapa bulan, Bagong meneliti dan mempelajari studi kepustakaan tentang masyarakat Betawi dan sendratari. Sampai akhirnya, pada tanggal 20-21 Juni 1997 Tari Yapong dipentaskan untuk pertama kalinya di Balai Sidang Senayan, Jakarta. Pada pementasan itu sekitar 300 orang artis, penari dan musikus, ikut serta dalam mendukung pagelaran Tari Yapong. Perhelatan itu dapat dikatakan sukses, karena pertunjukan Tari Yapong mendapat respons positif dari masyarakat. Ketika pertama kali dipentaskan, di dalam Tari Yapong terdapat sebuah adegan yang memperlihatkan kedatangan Pangeran Jayakarta. Sejumlah penari akan menyambutnya dengan wajah riang gembira. Para penari tersebut memerankan atau mewakili rakyat kecil. Secara kompak, para penari itu akan berteriak “ya, ya, ya, ya” sembari diiringi suara musik terdengar berbunyi seperti “pong, pong, pong, pong”. Beberapa waktu kemudian, Bagong bersama Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta melakukan perubahan dalam sejumlah adegan di tari tersebut menjadi tarian lepas. Kemudian tarian tersebut dikenal luas dengan nama Tari Yapong, yang menampilkan kegembiraan serta hangatnya suasana pergaulan.
Bakul Budaya sendiri merupakan sebuah komunitas seni dan budaya yang kelahirannya diprakarsai oleh keluarga ILUNI FIB-UI, yaitu Dewi Fajar Marhaeni (Pegiat Seni dan Wirausahawati), Gunawan Wicaksono (Jurnalis), Ayi Suminar (Pegiat Seni dan Aktivis ASI), Qorihani (Pegiat Literasi), Ferry Adryanto (Pegiat Seni), Oka Barta Daud (Jurnalis), Abrar Husin (Pegiat Multimedia), dan Mochamad Ariyo Faridh Zidni (Pendongeng), yang bekerjasama dengan pihak Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Cikal bakal berdirinya komunitas ini berasal dari Gerakan Literasi Anak dan Remaja (GELAR), yang juga di bawah naungan ILUNI FIB-UI. Meski baru berdiri pada 3 September 2022, namun peserta yang terdaftar dalam keanggotaannya sudah lebih dari 200 orang. Hal ini menunjukkan adanya gairah dari para anggotanya yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat , ada yang berasal dari Sivitas Akademika Universitas Indonesia, keluarga Alumni UI, pegiat seni, pelajar dan mahasiswa, ibu rumah tangga, dan lain-lain. “Bakul Budaya adalah rumah bagi seluruh elemen masyarakat untuk menumpahkan kreativitasnya dalam seni dan budaya yang terkait dengan tradisi Nusantara”, ujar Ketua Komunitas Bakul Budaya Dewi Fajar Marhaeni. Dewi menambahkan bahwa Bakul Budaya lahir karena kegelisahan yang sama para pendirinya dalam melihat Indonesia ke depan; melihat minimnya tingkat literasi di negeri kita, semakin menipisnya rasa toleransi di dalam kehidupan berbangsa, semakin tergerusnya budaya negeri sendiri.
Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Bondan Kanumoyoso, mengapresiasi tinggi sosok Pak Bagong sebagai seniman dan budayawan. Bondan menyatakan Terima kasih atas inisiatif ILUNI FIB UI, terutama mereka yang tergabung dalam wadah Bakul (Bareng-Bareng Kumpul) Budaya, yang telah berinisiatif untuk menjadikan tari Yapong karya Pak Bagong sebagai tarian bersama dalam kegiatan tiap hari Sabtu pagi di FIB UI. Kreativitas Pak Bagong dalam berkarya merupakan sumber inspirasi bahwa kecintaan terhadap budaya Indonesia tidak cukup hanya dinarasikan dalam karya akademis, tetapi juga penting untuk diwujudkan dalam tindakan budaya. FIB UI berkeinginan agar ruh budaya dan kegiatan akademis menyatu dan membentuk satu ekosistem yang dapat memajukan budaya dan masyarakat Indonesia. Karena itu, Kegiatan Tanda Cinta untuk Pak Bagong menjadi agenda yang didukung penuh oleh FIB UI, tambah Bondan.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid dalam video testimoninya kepada komunitas Bakul Budaya sangat mengapresiasi positif kegiatan ini. Hilmar Farid yang sekaligus juga menjabat sebagai Ketua Iluni FIB-UI berharap agar nilai-nilai keteladanan dari Pak Bagong Kussudiardja bisa menjadi inspirasi bagi generasi penerus bangsa untuk melestarikan kebudayaan nasional.
Butet Kertaredjasa, putra Pak Bagong Kussudiardja saat dihubungi tim Bakul Budaya menyatakan, “Acara flashmob tari Yapong ini benar-benar sebuah apresiasi yang membanggakan bagi leluhur kami. Bahwa yang dikerjakan almarhum Pak Bagong semasa hidupnya tidak sia-sia. Api kreatifnya masih menyala sampai hari ini. Terimakasih untuk doa dan apresiasinya.”
“Dalam konteks yang lebih luas, ini membuktikan bahwa Pak Bagong seniman yang visioner. Visi kebangsaannya melekat dalam dirinya. Dia penari Jawa, tapi sangat toleran dan membuka diri berinteraksi dengan kekayaan etnik-etnik lain di Nusantara. Sehingga tarian karya karya nya bukan lagi tari Jawa. Tapi tari Indonesia., lanjut Butet sambil terharu.
-TIM BAKUL BUDAYA-
RedChris
Be the first to comment