Jakarta, nkrisatu.com
Sudah sering para perempuan Indonesia saling bertemu. Kegiatan itu sendiri kadang disebut sebagai sebuah kongres.
Pertemuan perempuan Indonesia dihadiri oleh para pejuang-pejuang perempuan.
Inti gagasan pertemuan para perempuan ini adalah berjuang bersama memperbaiki nasib bangsa Indonesia ini ke depan.
Ada pula yang merasakan suatu kekhawatiran dan keprihatinan atas kondisi dan situasi negeri saat ini.
Baru saja Bansa Indonesia berulang tahun yang ke-77 tetapi hak pendidikan maupun kesehatan masih sangat jauh dari rasa keadilan.
Pertemuan perempuan Indonesia Tahun 2022 ini digelar di teater besar, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jalan Cikini, Cikini Raya Nomor 73 Jakarta Pusat pada tanggal 7 September 2022
Pertemuan Perempuan itu sendiri sudah mulai diadakan pada kongres pertama di Jogjakarta, 22 Desember 1928. Kemudian yang kedua di Jakarta pada tahun 1935, dan ketiga di Bandung pada tahun 1938
Pertemuan Perempuan Indonesia Tahun 2022 ini digagas oleh Siti Fadilah Supari serta Chandra motik. Pada saat inilah Srikandi-Srikandi Indonesia bersuara bagaimana sebaiknya Indonesia yang akan datang.
Pertemuan Perempuan ini mengangkat masalah lingkungan, hukum, politik, ekonomi, budaya, adat, hak-hak dasar masyarakat, serta isu lainnya demi mempersiapkan pewaris bangsa, anak cucu masyarakat Indonedia sebagai pewarisnya.
Di tempat itu hadir pula tokoh- tokoh wanita antara lain Dr.dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) (panggagas Pertemuan Perempuan) , Hj. Dr. Chandra Motik , SH, MSc., (penggagas Pertemuan Perempuan), Eva Susanti H. Bande, S.Sos(bergerak di bidang hak agraria), Mahdalena, SKM, MKM., Irma Natalia Hutabarat, S.S.(aktivis advokasi), Dewi Lestari Yani Rizki, S. Hutan, MS., Nining Elitos (aktivis Buruh), Aleta Kornelia Baun( aktivis penentang perusak hutan/pertambangan liar) , Yosefin Iriani Kewamijai(aktivis petani/nelayan millenial serta gerakan lainnya) , serta para pembicara lainnya dengan panduan moderator serta didukung panitia sukses menyelenggarakan Pertemuan Perempuan Indonesia-2022.
Para Srikandi ini bertemu berjuang menyatukan pemikiran dan mindset serta menyamakan langkah menuju kondisi bangsa Indonesia yang lebih baik lagi dimasa datang.
Siti Fadilah Supari sebagai penggagas kongres ini mengajak para perempuan Indonesia untuk berani menyuarakan kebenaran di dunia, serra membela hak-hak yang penting bagi warga negara serta menyatukan pemikiran dan tekad berjuang bersama memperbaiki nasib bangsa ini kedepan. Karena negeri ini adalah milik anak cucu yang dilahirkan dari rahim para perempuan.
Perempuan adalah ibu kandung peradaban. Oleh karena itu kita pasti berharap agar anak cucu kita merdeka Sejahtera di masa depan di negara Republik Indonesia yang tercinta ini.
Dalam pertemuan perempuan ini Siti Fadilah Supari mengajak para perempuan untuk menyamakan langkah ke depan menyatukan tujuan memperbaiki kondisi bangsa kembali menggapai visi misi kemerdekaan yang nyaris hilang. Undang-undang Dasar 45 yang merupakan Garda cita-cita kemerdekaan telah terkoyak dan hancur tidak tersisa.
Oleh karena itu perempuan adalah kekuatan yang dahsyat bila bergabung dalam barisan satu tujuan dan kembali ke lembagaan kongres perempuan Indonesia. Mari berjuang menuju bangsa dan negara Republik Indonesia yang merdeka bersatu berdaulat adil dan makmur.
Para perempuan ini berjuang menyatukan pemikiran. dalam banyak hal, misalnya dalam hal dunia kemaritiman bidang hukum laut dan maritim Indonesia.
Chandra motik mempunyai mimpi besar untuk memajukan bidang kemaritiman Nusantara.
Disampaikan pula, sebuah data terjadinya penurunan produktivitas pertanian yang faktor utamanya disebabkan kelangkaan tanah pertanian akibat ekstraksi perkebunan skala besar dan pertambangan. Dampak konflik ini terhadap perempuan adalah hilangnya akses perempuan terhadap tanah dan produksi pangan, adanya kekerasan terhadap perempuan, kriminalisasi terhadap perempuan yang berjuang atas tanahnya, serta perampasan lahan yang disertai penggusuran atau pengusiran.
Hal ini diungkap Eva Susanti H. Bendi, S. S. tentang keadaan agraria di Indonesia.
Pertemuan Perempuan juga mengungkapkan adanya realitas kegagahan dari dalam diri perempuan melalui Karya masing-masing. Karena perempuan adalah elemen sejarah bangsa dalam setiap lipatan waktu. Selain itu perempuan juga sebagai desainer untuk kehidupan masing-masing.
Perempuan harus eksis dan ikut bertanggung jawab terhadap masa depan generasi bangsa ungkap Mahdalena, SKM.,MKM.
Tidak ketinggalan Nining Elitos yang mendapat julukan Srikandi aktivis Buruh Indonesia menyuarakan suara perempuannya mewakili buruh para perempuan Indonesia.
Secara global Kaum Buruh dan rakyat Terpukul atas krisis dengan hilangnya pekerjaan dan pendapatan hingga kematian karena rendahnya perolehan kesehatan yang layak akibat demokrasi yang cacat.
Tuntutan perempuan lainnya dari sisi perburuhan adalah kebijakan ekonomi yang salah, omnibuslaw cipta kerja adalah perwujudan nyata dari pendekatan neoliberal yang dianut oleh pemerintah yang tidak tepat.
Tidak berbeda dengan laki-laki perempuan yang dikenal dengan nama Alita Cornelia Baun yang akrab dipanggil Mama Aleta tidak berbeda dalam memperjuangkan kelestarian hutan dan pertambangan hingga harus berhadapan dengan para preman pengusaha yang memaksakan kehendaknya. Dalam perjuangannya Mama Aleta selalu berjuang melalui jalan damai. Hasilnya dua perusahaan tambang hengkang karena tidak berpihak pada rakyat.,sehingga ia menerima penghargaan the goldman Environmental Price tahun 2013 dan Yap Thian Hien Award di tahun 2016.
Pada kongres perempuan ini juga disampaikan gagasan-gagasan para perempuan yang datang dari setiap provinsi yang ada di Indonesia dalam sikap dan pernyataan para perempuan Indonesia ini diwakili dalam 4 sikap terhadap isu-isu penting antara lain pendidikan kesehatan ekonomi agraria dan lingkungannya masyarakat adat dan kelompok marginal serta lingkungan hidup dan sumber daya alamnya,
Hasil sharing masing-masing provinsi itu diujudkan dalam bentuk pernyataan sikap Para Perempuan Pejuang ini.
(RedChris)
Be the first to comment