Ketika Algoritma Menggantikan Roh

Ketika Algoritma Menggantikan Roh
Penulis : Jeannie Latumahina
( Ketua Relawan Perempuan dan Anak Perindo )
Minggu 20 Februari 2022
Jika sebelumnya saya menuliskan mengenai munculnya Revolusi Industri yang sekarang masuk kepada fase kelima. Sungguh sangat perlu dipahami bagaimana dengan letupan awal yaitu diciptakannya Mesin Uap, maka sekarang dunia yang luas telah menjadi seperti perkampungan besar akibat perkembangan teknologi internet.
Dapat anda bayangkan apabila anda membawa smartphone dan berkomunikasi video call pada masa awal ketika ditemukannya mesin cetak. Bisa jadi anda akan dianggap Tukang Sihir yang harus dihukum mati dengan dibakar di tengah alun-alun.
Demikianlah kemajuan teknologi berkembang, yang pada awalnya berkembang setahap demi setahap, sekarang telah berkembang secara revolusioner semenjak teknologi digital menggantikan era teknologi transistor.
Tehnik digital berawal dari rumusan aljabar Bolean atau bilangan dasar dua, yaitu nol dan satu, atau ya dan tidak, sejalan dengan perkembangan meningkatnya teknologi pengolahan data digital berkembang bertahap mulai dari 4 Bit, 8 Bit, 16 Bit, 32 Bit dan sekarang 64 Bit dan tentu akan bergerak meningkat kelipatan bilangan dasar dua 128 bit dan selanjutnya.
Maka demikian juga dalam penyusunan pemprogramannya meningkat dari bahasa mesin, dan sekarang visual pemprograman. Yang sebelumnya harus dihapalkan sekarang cukup dengan menyusun diagram blok dengan mouse.
Demikian juga dengan penyusunan algoritma pemprograman dari Ladder, sekarang dengan kondisi yang awalnya adalah perintah IF dan Then, semakin meningkat IF, Then, Else, While, While Do, Loop dsb… Tentunya ini sejalan dengan meningkatnya processor (CPU) dalam mengolah logika algoritma yang diberikan.
Tentu saja ini tidak lagi semata dalam dunia IT, namun komputerisasi semakin merambah keberbagai bidang profesi manusia. Sepertinya hampir tidak ada lagi bidang profesi pekerjaan manusia yang tidak tersentuh oleh komputerisasi, hingga kepada rekayasa genetika dan seni.
Revolusi Industri 4.0 telah membawa kita kepada dunia maya atau cyber, internet, komunikasi multimedia audivisual, cloud, block chain, cripto currency, juga memunculkan entitas baru yaitu “kecerdasan buatan” hasil daripada semakin effesiennya algoritma sebuah program.
Kecerdasan buatan atau disebut Artificial Intelligence (AI) yang mungkin awalnya untuk menggerakkan robot industri sesuai perintah, sekarang telah jauh berkembang semisal dalam permainan (game) komputer, hingga kendaraan nir-pengemudi tanpa ada lagi manusia dibelakang kemudianya. Demikian juga program komputer telah mengalahkan grand master dunia dalam pertandingan catur.
Dan perlu diketahui bahwa sekarang kemampuan AI bahkan mampu mengaransemen musik klasik yang sedemikian rumit, sehingga dalam pengujiannya telah mampu mengalahkan hasil karya komposer, dimana pendengar malah mengira aransemen oleh AI yang disangka dibuat oleh seorang komposer.
Algoritma AI pada Revolusi Industri 5.0 seakan telah menciptakan entitas baru, seperti sosok bernyawa baru dalam kehidupan ini. AI seakan mengetahui apa yang anda inginkan ketika berselancar di dunia internet, apa hobby anda, apa kecenderungan menu makan, mulai bisa membuat pilihan-pilihan atas dasar jejak digital anda, mulai genre musik, berita, bahkan mungkin sesuatu yang remeh seperti bentuk mode rambut.
Demikian juga algoritma AI juga mulai mampu membuat simulasi-simulasi rumit, ketika anda merancang sebuah bisnis usaha baru, perdagangan saham atau bahkan peperangan antar negara.
Bukan tidak mungkin krisis yang sekarang terjadi antara Ukraina dan Rusia telah dilakukan simulasi-simulasinya melalui algortima AI. Mungkin sama dengan ketika CCTV mendeteksi suhu tubuh siapa saja orang yang lalu lalang di jalan yang terinfeksi virus Covid. Atau kemampuan dalam membantu analisis dalam membuat dan memproduksi vaksin.
Dunia Metaverse adalah istilah yang baru saja diluncurkan telah membuat foto profile Ghozali senilai 3.8 milyar rupiah, namun juga dunia metaverse telah membuat Facebook mengalami kerugian senilai 143 Trilyun.
Maka adalah baik dimulai mencermati dan mengenal entitas baru yaitu Algoritma AI, dengan merujuk selain kepada kemajuan teknologi pemprosesan digital namun juga pada entitas manusia didalamnya yang terdiri atas susunan struktur DNA yang rumit.
Dimana tujuan akhirnya harus tetap tertuju kepada kesejahteraan masyarakat Indonesia, karena tanpa membangun kecerdasan manusia seutuhnya, maka dampak negatif dari kemajuan teknologi digital juga bisa merugikan, termasuk terjadinya modus-modus kejahatan baru akibat ketidak pahaman dalam mengenali produk yang ditawarkan.
Indonesia sejahtera adalah perjuangan Perindo karena Perindo akan terus konsisten berjuang bagi kesejahteraan masyarakat melalui kebijakan yang berpihak dan percepatan pendidikan guna mewujudkan Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Kediri, Minggu 20 Februari 2022

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*